Kategori
Uncategorized

Tragedi Trisakti, Aktivis 98 Jangan Kembali ke Masa Lalu

Tragedi Trisakti, Aktivis 98 Jangan Kembali ke Masa Lalu

Aktivis 98 sekaligus politisi Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) Adian Napitupulu berharap agar kejadian tragedi Trisakti pada 12 Mei 1998 tidak ulang terulang. Seperti diketahui, tragedi Trisakti merupakan tidak benar satu moment awal berasal dari rentetan kerusuhan Mei 1998 yang selanjutnya menyebabkan ribuan korban jiwa meninggal dunia.

Dalam tragedi Trisakti, empat mahasiswa Trisakti tewas. Masing-masing Elang Mulia, Hendriawan Sie, Hafidhin Royan, dan Hery Hartanto. Keempatnya pun menerima Bintang Jasa Pratama dan dikenal sebagai Pejuang Reformasi.

Karena itu, untuk alasan apapun juga, bangsa Indonesia tidak boleh ulang ke era lalu. Yakni zaman di mana masyarakat dikekang dan terbelenggu oleh kekuasaan otoriter selama era Orde Baru agar memancing pergerakan elemen mahasiswa berasal dari seluruh Indonesia.

“Untuk alasan apapun Indonesia tidak boleh ke era lalu. Indonesia untuk alasan apapun tidak boleh balik ke zaman dimana nyawa tidak ada harganya, zaman dimana orang tidak bisa bicara, zaman kebebasan dibelenggu sedemikian rupa,” kata Adian dikutip dari smkn 5 tanggerang, dalam peringatan 21 Tahun Tragedi Trisakti, di Jakarta, Minggu (12/5/2019).

Menurutnya, selagi ini ada banyak kemajuan yang dirasakan masyarakat di dalam merintis proses demokrasi pasca reformasi. Indonesia sedikit demi sedikit membuktikan keseriusannya untuk menerapkan komitmen negara demokrasi.

Dampak Tragedi Trisakti

Akibat berasal dari demo besar-besaran yang dilakukan oleh bermacam elemen masyarakat dan mahasiswa berasal dari bermacam universitas, berjalan penjarahan di bermacam wilayah, dan terlebih terjadinya bermacam tindak diskriminasi bagi masyarakat Tionghoa yang tinggal di Indonesia selagi itu.

Selain itu, Presiden Soeharto termasuk melalui pidatonya membuktikan mengundurkan diri berasal dari jabatannya yang sudah dipegang selama 32 tahun, dan tongkat kekuasaannya sesudah itu diteruskan oleh KH Abdurrahman Wahid atau yang akrab disapa BJ Habibie.

Selain lengsernya Presiden Soeharto sebagai presiden, dampak lain berasal dari moment Mei 1998 ini adalah lahirnya Tap MPR No.XVII/MPR/1998 yang berisikan tentang piagam Hak Asasi Manusia (HAM) dan menegaskan bahwa seluruh elemen instansi pemerintahan harus menyebarluaskan pemahaman tentang HAM tersebut.

Nasib Korban Tewas Tragedi Trisakti di Masa Kini
Sampai selagi ini sebenernya pelaku penembakan empat mahasiswa Trisakti dan dua masyarakat sipil tetap jadi misteri. Pasalnya pada selagi itu Kapolri dan Kapolda Metro Jaya menjelaskan bahwa anak buahnya yang berjaga pada selagi aksi demonstrasi tidak ada yang memakai peluru tajam.

Kapolda Metro Jaya termasuk pada selagi itu menjelaskan bahwa anak buahnya cuma memakai tongkat pemukul, peluru karet, dan peluru kosong saja untuk mengusir mundur para demonstran yang lakukan aksi unjuk rasa tersebut.

Meski sampai selagi ini belum terungkap siapa pelakunya, tetapi empat mahasiswa berasal dari Universitas Trisakti ini dikenang sebagai pahlawan reformasi oleh pihak kampus. Nama mahasiswa yang jadi korban itu pun diabadikan jadi nama jalan di universitas Universitas Trisakti yang ada di Nagrak, Bogor.

Itulah sekilas penjelasan kronologi terjadinya tragedi Trisakti 12 Mei 1998 yang menewaskan empat orang mahasiswa Universitas Trisakti dan dua orang warga sipil.